Rabu, 05 Maret 2014

Kesenian Kuda Lumping


KATA PENGANTAR

         Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Pengetahuan Sosial IIKesenian Tradisional Kuda Lumping” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dibuatnya tugas makalah ini selain untuk mendapatkan nilai tugas juga dapat meningkatkan peran serta masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam penanganan masalah pelestarian budaya tradisional.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan semangat dan kegigihan yang penulis lakukan serta dorongan, arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik    
Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh kerena itu penulis harapkan kepada  pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.


Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.
                                                                                   
                                                                                                             

                                                                                   Hormat  Saya

                                                                                                        
           Rizky Arif Setio Aji
           (   11  015  215    )




DAFTAR ISI
                                                                                                                                      
KATA PENGANTAR................................................................................                    i
DAFTAR ISI...............................................................................................                   ii
BAB I   PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang.................................................................................                   1
1.2              Pokok Permasalahan........................................................................ 3

BAB II   PEMBAHASAN
2.1        Sejarah Tarian Kuda Lumping.........................................................                     4
2.2        Keunikan Tarian Kuda Lumping......................................................                     6      
2.3       Contoh Permainan Kuda Lumping..................................................                      9
2.4       Upaya Pelestarian Tari Kuda Lumping......................................                          10

BAB III   PENUTUP
3.1       Kesimpulan......................................................................................                   12    

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................                   14    



BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah  Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Sehingga terdapat banyak ras dan suku bangsa yang mempunyai budaya tersendiri. Perbedaan budaya inilah  yang menyebabkan Indonesia kaya akan banyak kebudayaan.Nenek moyang bangsa Indonesia pada jaman dahulu umumnya banyak berbentuk tari-tarian. Sampai saat ini banyak kebudayaan jaman dahulu yang masih dilestarikan, namun banyak juga kebudayaan yang hilang akibat tidak adanya generasi penerus yang tidak mau melestarikannya. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran generasi muda untuk melestarikan warisan kebudayaan leluhur agar tidak hilang / punah.Seperti kebudayaan tradisional yang sampai sekarang masih dilestarikan yaitu tarian   “ Kuda Lumping ”.

Permainan kesenian rakyat, tari kuda lumping, hingga kini masih tumbuh berkembang di banyak kelompok masyarakat di nusantara. Tarian tradisional yang dimainkan secara ”tidak berpola” oleh rakyat kebanyakan tersebut telah lahir dan digemari masyarakat, khususnya di Jawa, sejak adanya kerajaan-kerajaan kuno tempo dahulu. Awalnya, menurut sejarah, seni kuda lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara. Di samping, juga sebagai media menghadirkan hiburan yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak.

Kini, kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi.  Harus ada kesadaran dari kita untuk tetap melestarikan kebudayaan dari leluhur agar tidak punah atau diakui milik Negara lain.
Kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi.
Hal ini dikarenakan pada pertunjukan Kuda Lumping mengandung unsur magis yang dapat membuat  pemainnya kesurupan dan melakukan atraksi seperti makan beling, di bacok tidak mempan dan lainnya. Keunikan inilah yang harus kita jaga dan harus ada kesadaran dari kita untuk tetap melestarikan kebudayaan dari leluhur agar tidak punah atau diakui milik Negara lain.
Seperti  budaya-budaya warisan leluhur lainnya yang di klaim Negara lain misalnya

1.         Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2.
   Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3.
    Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4.
   Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5.
   Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6.
   Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7.
   Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8.
   Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9.
   Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10.
Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11.
Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12.
Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13.
Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14.
Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15.
Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16.
Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17.
Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19.
Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20.
Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21.
Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui sebagai miliknya , mengapa kita yang mempunyai budaya tersebut tidak mau melestarikannya. Kita seharusnya menjaga apa yang diturunkan dari nenek moyang kita karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa kita.
1.2  Pokok Permasalahan

Masalah yang harus dipecahkan secara baik-baik dan benar sesuai prosedur, dan masalah yang akan disusun harus benar-benar dirumuskan dan dipikirkan secara matang-matang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas kita dapat merumuskan hal/pokok permasalahan dalam susunan makalah ini. Ialah sebagai berikut yang akan menjadi uraian dan sekaliugs menjadi bahasan pada bab selanjutnya.
1.      Siapakah penemu tarian kuda lumping?
2.      Mengapa Kesenian tradisional kuda lumping hampir saja punah ?
3.      Mengapa Tarian kuda lumping di akui Negara lain ?
4.      Apa yang membuat tarian kuda lumping masih bertahan sampai saat ini?
5.      Bagaimanakah cara melestarikan tarian kuda lumping ?



.

  





  


  

BAB II
                                                         PEMBAHASAN


2.1  Sejarah Tarian Kuda Lumping

Kuda lumping adalah seni tari dengan alat-alat yang unik seperti kuda tiruan, dan terbuat dari bambu yang dianyam serapi dan mengandung nilai seni yang tinggi. Sejarah kuda lumping mungkin sangat sulit bagaimana dan dimana asal-usul dari kuda lumping itu.
Hingga saat ini  kita tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang mencetuskan (menciptakan) kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda lumping dijumpai di banyak daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai ragam dan coraknya, dapat menjadi indikator bahwa seni budaya yang terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” sebagai sebuah seni budaya yang patut diperhatikan sebagai kesenian asli Indonesia.
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan . Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah, seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tarian ini menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda.
Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping  menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.
Gamelan untuk mengiringi tari kuda lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.
Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai, biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan energic dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Panggung rakyat merupakan wujud perlawanan terhadap penguasa pada masa kekuasaan pemerintahan Jawa dijalankan dibawah kerajaan, aspirasi dan ruang bergumul rakyat begitu dibatasi, karena perbedaan kelas dan alasan kestabilan kerajaan. Dan dalam kondisi tertekan, rakyat tidaklah mungkin melakukan perlawanan secara langsung terhadap penguasa. Rakyat sadar bahwa untuk melakukan perlawanan, tidak cukup hanya dengan bermodalkan cangkul dan parang, namun dibutuhkan kekuatan dan kedigdayaan serta logistik yang cukup. Menyadari hal itu, akhirnya luapan perlawanan yang berupa sindiran diwujudkan dalam bentuk kesenian, yaitu kuda lumping. Sebagai tontonan dengan mengusung nilai-nilai perlawanan, sebenarnya kuda lumping juga dimaksudkan untuk menyajikan tontonan yang murah untuk rakyat. Disebut sebagai tontonan yang murah meriah karena untuk memainkannya tidak perlu menghadirkan peralatan musik yang banyak sebagaimana karawitan. Dipilih kuda, karena kuda adalah simbol kekuatan dan kekuasaan para elit bangsawan dan prajurit kerajaan ketika itu yang tidak dimiliki oleh rakyat jelata. Permainan Kuda Lumping dimainkan dengan tanpa mengikuti pakem seni tari yang sudah ada dan berkembang dilingkungan ningrat dan kerajaan. Dari gerakan tarian pemainnya tanpa menggunakan pakem yang sudah mapan sebelumnya menunjukkan bahwa seni ini hadir untuk memberikan perlawanan terhadap kemapanan kerajaan.
Selain sebagai media perlawanan, seni Kuda Lumping juga dipakai oleh para ulama sebagai media dakwah, karena kesenian Kuda Lumping merupakan suatu kesenian yang murah dan cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang Gulo, beliau dan para ulama jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni kuda lumping,
Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai sifat dakwah adalah dapat dilihat dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang ada dalam tarian Kuda Lumping, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan dan Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, simbul Kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun, simbol kuda disini dibuat dari anyaman bambu, anyaman bambu ini memiliki makna, dalam kehidupan manusia ada kalannya sedih, susah dan senang, seperti halnya dengan anyaman bambu kadang diselipkan ke atas kadang diselipkan ke bawah, kadang ke kanan juga ke kiri, semua sudah ditakdirkan oleh Yang Kuasa, tinggal manusia mampu atau tidak menjalani takdir kehidupan yang telah digariskanNya, Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan tari yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguno yaitu sifat semaunnya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh, simbul Celengan atau Babi hutan dengan gayanya yang sludar-sludur lari kesana kemari dan memakan dengan rakus apa saja yang ada dihadapanya tanpa peduli bahwa makanan itu milik atau hak siapa, yang penting ia kenyang dan merasa puas, seniman kuda lumping mengisyaratkan bahwa orang yang rakus diibaratkan seperti Celeng atau Babi hutan.
Sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari kuda lumping merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia. Para seniman kuda lumping memberikan isyarat kepada manusia bahwa didunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal ia memilih sisi yang mana, kalau dia bertindak baik berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motifasi dalam hidup, bila sebaliknya berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya yaitu Barongan dan Celengan atau babi hutan.

2.2 Keunikan Tarian Kuda Lumping        
Dalam permainan kuda lumping tidak akan lepas dari nuansa magis.Banyak pemainbahkan penonton yang sering kesurupan. Entah hal apa yang bisa membuatpara pemainnya inseperti orang kesurupan. Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda     lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar, bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda lumping.
 Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang dimakan adalah  bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah kita. Lahapnya ia memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.
  Jika dilihat dari keseluruhan permainan kuda lumping, bunyi pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan. Agaknya, setiap pecutan yang dilakukan oleh sipenunggang terhadap dirinya sendiri, yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika lecutan anyaman rotan panjang diayunkan dan mengenai kaki dan tubuhnya, si penari kuda lumping akan merasa semakin kuat, semakin perkasa, semakin digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia kan semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk diakal sehat manusia normal.
Semarak dan kemeriahan permainan kuda lumping menjadi lebih lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain lainnya, diawali dengan menampung bensin di dalam mulut mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya. Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.
Entah hal apa yang bisa membuat para pemainnya ini seperti orang kesurupan.Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar, bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda lumping. Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang dimakan adalah bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah kita. Lahapnya ia memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.
Jika dilihat dari keseluruhan permainan kuda lumping, bunyi pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan. Agaknya, setiap pecutan yang dilakukan oleh sipenunggang terhadap dirinya sendiri, yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan efek magis. Artinya, ketika lecutan anyaman rotan panjang diayunkan dan mengenai kaki dan tubuhnya, si penari kuda lumping akan merasa semakin kuat, semakin perkasa, semakin digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia kan semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk diakal sehat manusia normal.
Semarak dan kemeriahan permainan kuda lumping menjadi lebih lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain lainnya, diawali dengan menampung bensin di dalam mulut mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya. Pada permainan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari   kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.

2.3    Contoh Permainan Kuda Lumping

Kuda lumping adalah kebudayaan tradisional warisan leluhur yang sudah ada sejak  jaman dahulu dan masih dilestarikan sampai saat ini. Saat ini kuda lumping hampir tidak diminati lagi dimasyarakat, namun kuda lumping mempunyai daya tarik tersendiri yaitu karena mengandung daya magis yang dapat menyebabkan kesurupan.
Tarian kuda lumping biasa digunakan pada saat :
·       Hari-hari besar
·       Menyambut tamu penting
·       Hajatan

Contohnya pementasan Kuda lumping di Kebumen yang sampai saat ini masih dilestarikan.
1.      Sebelum diadadakan pertunjukan kuda lumping biasanya akan melakukan ritual terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam permainan Kuda Lumping harus ada pimpinan supranatural yang mengatur dan mengembalikan seperti keadaan semula pemain-pemain yang mengalami kesurupan.  Acara kesurupan akan terjadi pada saat bunyi cambukan terakhir dibunyikan. Kemudian pada saat akan dilaksanakan pertunjukan semua pemain harus dalam keadaan sehat. Di berbagai daerah Kuda Lumping dikenal dengan nama yang berbeda-beda dan gerakan tarian serta musik yang berbeda-beda. Namun intinya hanya satu, yaitu jenis tarian yang menggunakan kuda-kudaan. Di daerah  Kebumen  Jenis tarian dan  musik masih sama dengan apa yang di ajarkan oleh generasi-generasi terdahulu. Hanya saja atraksi yang membahayakan seperti dibacok dengan pedang,dibakar, dan ditombak seperti jaman dahulu dihilangkan karena takut di tiru oleh anak-anak .
2.      Jumlah permainan pada Tari Kuda Lumping dari Kebumen berjumlah 21 ( dua puluh satu ) orang , dan satu dintaranya menjadi pemimpin gerakan sekaligus menjadi pemegang cambuk yang menandakan pergantian jenis gerakan.
3.      Dalam sekali permainan akan main dua kali yaitu pada siang hari dan pada malam hari. Nama dari permainan kuda lumping dari Kebumen ini adalah “ Bina Raga Sri Kumolo” Nama ini sudah turun temurun dari awal terbentuknya leluhur Kami yaitu pada tahun 1965.Setiap malam minggu bagi masyarakat yang berminat akan melakukan latihan secara gratis. Dan bagi peserta latihan yang berbakat akan tampil pada saat ada acara pertunjukan.

2.4         Upaya Pelestarian Tari Kuda Lumping

Kebudayaan kuda lumping dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu :
A.    Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.
B.      Culture Knowledge 
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara lain.Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.
Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya pelestarian kebudayaan daerah ditanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional.Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan  daerah disetiap event-event akbar nasional, misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga.Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.
Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam melestarikan budaya, salah satunya adalah sebagai berikut
a.       Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal
b.      Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta pemberdayaan
      dan pelestariannya
c.       Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan, keramah-tamahan dan
       solidaritasyang tinggi.
d.      Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
e.       Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya lokal












BAB III
                                                               PENUTUP

3.1 Kesimpulan

     Kuda Lumping Perlu Terus Dipelihara dan Dikembangkan
       Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang ada di Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah semestinya menjaga dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah berkesenian masyarakat kita.
     Satu hal yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali kebudayaan yang sejak dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman modern ini. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
            Keunikan dalam permainan kuda lumping yaitu tidak akan lepas dari nuansa magis.Banyak pemainbahkan penonton yang sering kesurupan. Entah hal apa yang bisa membuatpara pemainnya inseperti orang kesurupan. Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda  lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar, bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda lumping. Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan.
Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki. Bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang dimakan adalah  bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah kita. Lahapnya ia memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.
     Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai kebudayaan Indonesia.

















DAFTAR PUSTAKA

http://iindramawan.blogspot.com/2013/03/upaya-melestarikan-budaya-bangsa.html
http://kudasaktikusumo.com/filosofi-kesenian-jaranan/
http://www. Redaksi Explore Indonesia.com
http://rianputra84.wordpress.com/2012/06/17/malaysia-mengklaim-seni-budaya-indonesia-sebagai-seni-budayanya/
http://andeshinta.blogspot.com/2010/10/my-makalah-belum-jadi.html




3 komentar: