KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Pengetahuan Sosial II
“Kesenian Tradisional Kuda Lumping”
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dibuatnya tugas makalah ini selain untuk
mendapatkan nilai tugas juga dapat meningkatkan peran serta masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam penanganan masalah pelestarian budaya tradisional.
Banyak kesulitan dan
hambatan yang penulis hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi dengan
semangat dan kegigihan yang penulis lakukan serta dorongan, arahan, bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik
Penulis mengakui masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh kerena itu penulis harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis
ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Rizky
Arif Setio Aji
( 11
015 215 )
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR
ISI............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang................................................................................. 1
1.2
Pokok
Permasalahan........................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Tarian Kuda Lumping......................................................... 4
2.2 Keunikan Tarian
Kuda Lumping...................................................... 6
2.3 Contoh Permainan Kuda Lumping.................................................. 9
2.4 Upaya Pelestarian Tari Kuda Lumping...................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Indonesia adalah
Negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Sehingga terdapat banyak ras
dan suku bangsa yang mempunyai budaya tersendiri. Perbedaan budaya inilah yang menyebabkan Indonesia kaya akan banyak kebudayaan.Nenek
moyang bangsa Indonesia pada jaman dahulu umumnya banyak berbentuk tari-tarian.
Sampai saat ini banyak kebudayaan jaman dahulu yang masih dilestarikan, namun
banyak juga kebudayaan yang hilang akibat tidak adanya generasi penerus yang
tidak mau melestarikannya. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran generasi muda
untuk melestarikan warisan kebudayaan leluhur agar tidak hilang / punah.Seperti
kebudayaan tradisional yang sampai sekarang masih dilestarikan yaitu tarian “ Kuda Lumping ”.
Permainan kesenian rakyat, tari kuda
lumping, hingga kini masih tumbuh berkembang di banyak kelompok masyarakat di
nusantara. Tarian tradisional yang dimainkan secara ”tidak berpola” oleh rakyat
kebanyakan tersebut telah lahir dan digemari masyarakat, khususnya di Jawa,
sejak adanya kerajaan-kerajaan kuno tempo dahulu. Awalnya, menurut sejarah, seni
kuda lumping lahir sebagai simbolisasi bahwa rakyat juga memiliki kemampuan
(kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan
yang memiliki bala tentara. Di samping, juga sebagai media menghadirkan hiburan
yang murah-meriah namun fenomenal kepada rakyat banyak.
Kini,
kesenian kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati
para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini keberadaannya mulai
bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke tanah air, tarian
tersebut masih memperlihatkan daya tarik yang tinggi. Harus ada kesadaran dari kita untuk
tetap melestarikan kebudayaan dari leluhur agar tidak punah atau diakui milik
Negara lain.
Kesenian kuda lumping masih menjadi
sebuah pertunjukan yang cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun
peninggalan budaya ini keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya
dan kesenian asing ke tanah air, tarian tersebut masih memperlihatkan daya
tarik yang tinggi.
Hal ini
dikarenakan pada pertunjukan Kuda Lumping mengandung unsur magis yang dapat
membuat pemainnya kesurupan dan melakukan atraksi
seperti makan beling, di bacok tidak mempan dan lainnya. Keunikan inilah yang
harus kita jaga dan harus ada kesadaran dari kita untuk tetap melestarikan
kebudayaan dari leluhur agar tidak punah atau diakui milik Negara lain.
Seperti budaya-budaya warisan leluhur lainnya yang di
klaim Negara lain misalnya
1.
Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui
sebagai miliknya , mengapa kita yang mempunyai budaya tersebut tidak mau
melestarikannya. Kita seharusnya menjaga apa yang diturunkan dari nenek moyang
kita karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa kita.
1.2
Pokok Permasalahan
Masalah yang harus dipecahkan secara baik-baik dan benar sesuai
prosedur, dan masalah yang akan disusun harus benar-benar dirumuskan dan dipikirkan secara
matang-matang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas kita dapat merumuskan
hal/pokok permasalahan dalam susunan makalah ini. Ialah sebagai
berikut yang akan menjadi uraian dan sekaliugs menjadi bahasan pada bab
selanjutnya.
1.
Siapakah penemu tarian kuda lumping?
2.
Mengapa Kesenian tradisional kuda lumping hampir saja punah ?
3.
Mengapa Tarian kuda lumping di akui Negara lain ?
4.
Apa yang membuat tarian kuda lumping masih bertahan sampai saat ini?
5.
Bagaimanakah cara melestarikan tarian kuda lumping ?
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Tarian Kuda Lumping
Kuda lumping adalah seni tari dengan alat-alat yang unik seperti kuda
tiruan, dan terbuat dari bambu yang dianyam serapi dan mengandung nilai seni
yang tinggi. Sejarah kuda lumping mungkin sangat sulit bagaimana dan dimana
asal-usul dari kuda lumping itu.
Hingga
saat ini kita
tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang mencetuskan (menciptakan)
kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda lumping dijumpai di banyak
daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya
tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa waktu lalu, diakui juga oleh
pihak masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya di samping Reog Ponorogo.
Fenomena mewabahnya seni kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai ragam
dan coraknya, dapat menjadi indikator bahwa seni budaya yang terkesan penuh
magis ini kembali ”naik daun” sebagai sebuah seni budaya yang patut
diperhatikan sebagai kesenian asli Indonesia.
Kuda lumping
juga disebut jaran kepang atau jathilan . Di Jawa Timur, seni ini akrab dengan masyarakat di beberapa daerah,
seperti Malang, Nganjuk, Tulungagung, dan daerah-daerah lainnya. Tarian ini menampilkan
sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda.
Anyaman kuda
ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping menampilkan adegan prajurit berkuda, akan
tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.
Gamelan untuk
mengiringi tari kuda lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang,
Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Sajak-sajak
yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar
manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta.
Selain
mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini
seringkali juga mengandung unsur ritual. Karena sebelum pagelaran dimulai,
biasanya seorang pawang hujan akan melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca
agar tetap cerah mengingat pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan terbuka.
Pada bagian
inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh
halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Banyak warga
sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama
para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan
energic dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Panggung rakyat merupakan wujud perlawanan
terhadap penguasa pada masa kekuasaan pemerintahan Jawa dijalankan dibawah
kerajaan, aspirasi dan ruang bergumul rakyat begitu dibatasi, karena perbedaan
kelas dan alasan kestabilan kerajaan. Dan dalam kondisi tertekan, rakyat
tidaklah mungkin melakukan perlawanan secara langsung terhadap penguasa. Rakyat
sadar bahwa untuk melakukan perlawanan, tidak cukup hanya dengan bermodalkan
cangkul dan parang, namun dibutuhkan kekuatan dan kedigdayaan serta logistik
yang cukup. Menyadari hal itu, akhirnya luapan perlawanan yang berupa sindiran
diwujudkan dalam bentuk kesenian, yaitu kuda lumping. Sebagai tontonan dengan
mengusung nilai-nilai perlawanan, sebenarnya kuda lumping juga dimaksudkan
untuk menyajikan tontonan yang murah untuk rakyat. Disebut sebagai tontonan
yang murah meriah karena untuk memainkannya tidak perlu menghadirkan peralatan
musik yang banyak sebagaimana karawitan. Dipilih
kuda, karena kuda adalah simbol kekuatan dan kekuasaan para elit bangsawan dan
prajurit kerajaan ketika itu yang tidak dimiliki oleh rakyat jelata. Permainan
Kuda Lumping dimainkan dengan tanpa mengikuti pakem seni tari yang sudah ada
dan berkembang dilingkungan ningrat dan kerajaan. Dari gerakan tarian pemainnya
tanpa menggunakan pakem yang sudah mapan sebelumnya menunjukkan bahwa seni ini
hadir untuk memberikan perlawanan terhadap kemapanan kerajaan.
Selain sebagai
media perlawanan, seni Kuda Lumping juga dipakai oleh para ulama sebagai media
dakwah, karena kesenian Kuda Lumping merupakan suatu kesenian yang murah dan
cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, seperti halnya Sunan Kalijogo
yang menyebarkan Islam atau dakwahnya lewat kesenian Wayang Kulit dan Dandang
Gulo, beliau dan para ulama jawa juga menyebarkan dakwahnya melalui
kesenian-kesenian lain yang salah satunya adalah seni kuda lumping,
Bukti bahwa
kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai sifat dakwah adalah dapat dilihat
dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang ada dalam tarian
Kuda Lumping, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan dan
Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan
karakter yang berbeda, simbul Kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang
penuh semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi serta
keadaan apapun, simbol kuda disini dibuat dari anyaman bambu, anyaman bambu ini
memiliki makna, dalam kehidupan manusia ada kalannya sedih, susah dan senang,
seperti halnya dengan anyaman bambu kadang diselipkan ke atas kadang diselipkan
ke bawah, kadang ke kanan juga ke kiri, semua sudah ditakdirkan oleh Yang
Kuasa, tinggal manusia mampu atau tidak menjalani takdir kehidupan yang telah
digariskanNya, Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak
bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan tari
yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan
mempunyai sifat adigang, adigung, adiguno yaitu sifat semaunnya sendiri, tidak
kenal sopan santun dan angkuh, simbul Celengan atau Babi hutan dengan gayanya
yang sludar-sludur lari kesana kemari dan memakan dengan rakus apa saja yang
ada dihadapanya tanpa peduli bahwa makanan itu milik atau hak siapa, yang
penting ia kenyang dan merasa puas, seniman kuda lumping mengisyaratkan bahwa
orang yang rakus diibaratkan seperti Celeng atau Babi hutan.
Sifat dari
para tokoh yang diperankan dalam seni tari kuda lumping merupakan pangilon atau
gambaran dari berbagai macam sifat yang ada dalam diri manusia. Para seniman
kuda lumping memberikan isyarat kepada manusia bahwa didunia ini ada sisi buruk
dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal ia memilih sisi yang mana, kalau
dia bertindak baik berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motifasi
dalam hidup, bila sebaliknya berarti ia memlih semangat dua tokoh berikutnya
yaitu Barongan dan Celengan atau babi hutan.
2.2 Keunikan Tarian Kuda Lumping
Dalam permainan kuda
lumping tidak akan lepas dari nuansa magis.Banyak pemainbahkan penonton yang
sering kesurupan. Entah hal apa yang bisa membuatpara pemainnya inseperti orang
kesurupan. Dilihat dari cara permainannya, para penari kuda lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar,
bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan
kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik
gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat
para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda
lumping.
Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang
asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit
kerajaan. Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.Bunyi sebuah pecutan
(cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian
ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis
yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman
bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini
pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di
tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi
lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya.
Beling (kaca) yang dimakan adalah bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah
kita. Lahapnya ia memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak
meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling
tersebut.
Jika dilihat dari keseluruhan permainan kuda
lumping, bunyi pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang
ditampilkan. Agaknya, setiap pecutan yang dilakukan oleh sipenunggang terhadap
dirinya sendiri, yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan
memberikan efek magis. Artinya, ketika lecutan anyaman rotan panjang diayunkan
dan mengenai kaki dan tubuhnya, si penari kuda lumping akan merasa semakin
kuat, semakin perkasa, semakin digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia kan
semakin liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk diakal sehat
manusia normal.
Semarak dan kemeriahan permainan kuda lumping
menjadi lebih lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api
yang keluar dari mulut para pemain lainnya, diawali dengan menampung bensin di
dalam mulut mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai
besi kecil yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan
sesudah bensin itu disemburkan dari mulutnya. Pada permainan kuda lumping,
makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada
permaian ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah
keberanian serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam
hati juga pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat
dijadikan sebagai panutan warna hitam.
Sebagai sebuah atraksi
penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan
seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang
memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke
kesadaran seperti sedia kala. Dia juga bertanggung-jawab terhadap jalannya
atraksi, serta menyembuhkan sakit yang dialami oleh pemain kuda lumping jika
terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan dan menimbulkan sakit atau luka pada
si penari. Oleh karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda
lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang, tetapi harus di bawah
petunjuk dan pengawasan sang pimpinannya.
Entah hal apa yang bisa
membuat para pemainnya ini seperti orang kesurupan.Dilihat dari cara
permainannya, para penari kuda lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar,
bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan
kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik
gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat
para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda
lumping. Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan
oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan. Saat ini, pemain
kuda lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki.Bunyi sebuah pecutan
(cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian ini, menjadi awal
permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran
si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggan kuda yang
pergelangan kakinya diberi kerincingan ini pun mulai berjingkrak-jingkrak,
melompat-lompat hingga berguling-guling di tanah. Selain melompat-lompat,
penari kuda lumping pun melakukan atraksi lainnya, seperti memakan beling dan
mengupas sabut kelapa dengan giginya. Beling (kaca) yang dimakan adalah bohlam
lampu yang biasa sebagai penerang rumah kita. Lahapnya ia memakan beling
seperti layaknya orang kelaparan, tidak meringis kesakitan dan tidak ada darah
pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.
Jika dilihat dari keseluruhan permainan kuda lumping, bunyi
pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan.
Agaknya, setiap pecutan yang dilakukan oleh sipenunggang terhadap dirinya
sendiri, yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan
efek magis. Artinya, ketika lecutan anyaman rotan panjang diayunkan dan
mengenai kaki dan tubuhnya, si penari kuda lumping akan merasa semakin kuat,
semakin perkasa, semakin digdaya. Umumnya, dalam kondisi itu, ia kan semakin
liar dan kuasa melakukan hal-hal muskil dan tidak masuk diakal sehat manusia
normal.
Semarak dan kemeriahan permainan kuda lumping menjadi lebih
lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar
dari mulut para pemain lainnya, diawali dengan menampung bensin di dalam mulut
mereka lalu disemburkan pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil
yang ujungnya dibuat sedemikian rupa agar api tidak mati sebelum dan sesudah
bensin itu disemburkan dari mulutnya. Pada permainan kuda lumping, makna lain
yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat dominan pada permaian
ini yaitu; merah, putih dan hitam. Warna merah melambangkan sebuah keberanian
serta semangat. Warna putih melambangkan kesucian yang ada didalam hati juga
pikiran yang dapat mereflesikan semua panca indera sehingga dapat dijadikan
sebagai panutan warna hitam.
Sebagai sebuah atraksi
penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping dilakukan di bawah pengawasan
seorang ”pimpinan supranatural”. Biasanya, pimpinan ini adalah seorang yang
memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan sang penari kembali ke kesadaran seperti sedia kala. Dia
juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi, serta menyembuhkan sakit yang
dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan
dan menimbulkan sakit atau luka pada si penari. Oleh karena itu, walaupun
dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh
sembarang orang, tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasan sang
pimpinannya.
2.3 Contoh Permainan Kuda Lumping
Kuda
lumping adalah kebudayaan tradisional warisan leluhur yang sudah ada sejak jaman dahulu dan masih dilestarikan sampai
saat ini. Saat ini kuda lumping hampir tidak diminati lagi dimasyarakat, namun
kuda lumping mempunyai daya tarik tersendiri yaitu karena mengandung daya magis
yang dapat menyebabkan kesurupan.
Tarian kuda lumping biasa
digunakan pada saat :
·
Hari-hari besar
·
Menyambut tamu penting
·
Hajatan
Contohnya
pementasan Kuda lumping di Kebumen yang sampai saat ini masih dilestarikan.
1.
Sebelum diadadakan pertunjukan kuda lumping
biasanya akan melakukan ritual terlebih dahulu agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan. Dalam permainan Kuda Lumping harus ada pimpinan supranatural
yang mengatur dan mengembalikan seperti keadaan semula pemain-pemain yang
mengalami kesurupan. Acara kesurupan
akan terjadi pada saat bunyi cambukan terakhir dibunyikan. Kemudian pada saat
akan dilaksanakan pertunjukan semua pemain harus dalam keadaan sehat. Di
berbagai daerah Kuda Lumping dikenal dengan nama yang berbeda-beda dan gerakan
tarian serta musik yang berbeda-beda. Namun intinya hanya satu, yaitu jenis
tarian yang menggunakan kuda-kudaan. Di daerah
Kebumen Jenis tarian dan musik masih sama dengan apa yang di ajarkan
oleh generasi-generasi terdahulu. Hanya saja atraksi yang membahayakan seperti
dibacok dengan pedang,dibakar, dan ditombak seperti jaman dahulu dihilangkan
karena takut di tiru oleh anak-anak .
2.
Jumlah permainan pada Tari Kuda Lumping dari
Kebumen berjumlah 21 ( dua puluh satu ) orang , dan satu dintaranya menjadi
pemimpin gerakan sekaligus menjadi pemegang cambuk yang menandakan pergantian
jenis gerakan.
3.
Dalam sekali permainan akan main dua kali
yaitu pada siang hari dan pada malam hari. Nama dari permainan kuda lumping
dari Kebumen ini adalah “ Bina Raga Sri Kumolo” Nama ini sudah turun temurun
dari awal terbentuknya leluhur Kami yaitu pada tahun 1965.Setiap malam minggu
bagi masyarakat yang berminat akan melakukan latihan secara gratis. Dan bagi
peserta latihan yang berbakat akan tampil pada saat ada acara pertunjukan.
2.4
Upaya
Pelestarian Tari Kuda Lumping
Kebudayaan
kuda lumping dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu :
A. Culture Experience
Merupakan
pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah
pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian
tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian
budaya kita ini.
B.
Culture Knowledge
Merupakan
pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi
mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan
kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para
Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain
dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat
mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara - negara
lain.Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap
produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya
impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur.
Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak
mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara
lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam.
Selain
itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya
pelestarian kebudayaan daerah ditanah air. Pemerintah harus mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan
nasional.Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan
kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap event-event akbar nasional,
misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan
sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan
itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal dari negara tetangga.Demikian
juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan
mengetahui berbagai kebudayaan yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih
memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.
Selain
hal-hal tersebut diatas, masih ada berbagai cara dalam melestarikan budaya,
salah satunya adalah sebagai berikut
a.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
memajukan budaya lokal
b.
Lebih mendorong kita untuk memaksimalkan potensi
budaya lokal beserta pemberdayaan
dan pelestariannya
c.
Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi,
kekeluargaan, keramah-tamahan dan
solidaritasyang tinggi.
d.
Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak
punah
e.
Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola
keanekaragaman budaya lokal
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kuda Lumping Perlu Terus Dipelihara dan Dikembangkan
Secara garis besar, begitu banyak kesenian serta kebudayaan yang
ada di Indonesia diwariskan secara turun-menurun dari nenek moyang bangsa
Indonesia hingga ke generasi saat ini. Sekarang, kita sebagai penerus bangsa
merupakan pewaris dari seni budaya tradisional yang sudah semestinya menjaga
dan memeliharanya dengan baik. Tugas kita adalah mempertahankan dan
mengembangkannya, agar dari hari ke hari tidak pupus dan hilang dari khasanah
berkesenian masyarakat kita.
Satu hal yang harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus
dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba
menyingkirkan kebudayaan-kebudayaan lokal. Oleh karena itu, kita sebagai
generasi penerus bangsa bangkitlah bersama untuk mengembalikan kembali
kebudayaan yang sejak dahulu ada dan jangan sampai punah ditelan zaman modern
ini. Untuk itu, kepada Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara
terus-menerus menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir
tidak terdengar lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali
nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Keunikan dalam permainan kuda lumping yaitu tidak akan
lepas dari nuansa magis.Banyak pemainbahkan penonton yang sering kesurupan. Entah hal apa yang bisa
membuatpara pemainnya inseperti orang kesurupan. Dilihat dari cara
permainannya, para penari kuda lumping seperti mempunyai kekuatan maha besar,
bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Kesenian tari yang menggunakan
kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu serta diiringi oleh musik
gamelan seperti; gong, kenong, kendang dan slompret ini, ternyata mampu membuat
para penonton terkesima oleh setiap atraksi-atraksi penunggan (penari) kuda
lumping. Hebatnya, penari kuda lumping tradisional yang asli umumnya diperankan
oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan.
Saat ini, pemain kuda
lumping lebih banyak dilakoni oleh anak lelaki. Bunyi sebuah pecutan
(cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain kesenian
ini, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis
yang bisa menghilangkan kesadaran si-pemain. Dengan menaiki kuda dari anyaman
bambu tersebut, penunggan kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan ini
pun mulai berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat hingga berguling-guling di
tanah. Selain melompat-lompat, penari kuda lumping pun melakukan atraksi
lainnya, seperti memakan beling dan mengupas sabut kelapa dengan giginya.
Beling (kaca) yang dimakan adalah bohlam lampu yang biasa sebagai penerang rumah
kita. Lahapnya ia memakan beling seperti layaknya orang kelaparan, tidak
meringis kesakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantap beling-beling
tersebut.
Pemerintah dan masyarakat diharapkan agar secara terus-menerus
menelurusi kembali kebudayaan apa yang hingga saat ini hampir tidak terdengar
lagi, untuk kemudian dikembangkan dan dilestarikan kembali nilai-nilai
kebudayaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://iindramawan.blogspot.com/2013/03/upaya-melestarikan-budaya-bangsa.html
http://kudasaktikusumo.com/filosofi-kesenian-jaranan/
http://www. Redaksi Explore Indonesia.com
http://rianputra84.wordpress.com/2012/06/17/malaysia-mengklaim-seni-budaya-indonesia-sebagai-seni-budayanya/
http://andeshinta.blogspot.com/2010/10/my-makalah-belum-jadi.html
Sukses selalu mas Rizky obat jantung aritmia
BalasHapusIjin share gan obat benjolan di ketiak
BalasHapusmenjadi bahan refernsi ku terimakasih
BalasHapus